Tren perawatan gigi di era modern
semakin bergeser kearah estetik. Salah satu upaya esetetik yang sangat diminati
adalah dental whitening atau pemutihan gigi. Dental whitening memiliki beberapa
keuntungan, salah satunya adalah perawatan yang tidak invasif. Proses yang
terjadi bersifat mikropis sehingga tidak mengurangi jaringan keras gigi.
Artikel ini akan terfokus pada whitening untuk mengatasi diskolorasi atau
perubahan warna gigi yang disebabkan oleh penyebab eksternal, seperti konsumsi
minuman berwarna (teh, kopi) dan kebiasaan merokok.
Menurut sebuah penelitian, zat
berwarna yan terkandung di dalam minuman teh dan kopi terjadinya perubahan
warna pada gigi. Asap rokok bagi yang biasa merokok memiliki pigmen berwarna
kuning yang dapat juga menyebabkan pewarnaan pada gigi. Sifat lengket dari
bahan kimia yang terkandung di dalam rokok juga dapat semakin meningkat lama
paparan substansi berwarna pada permukaan gigi. Permukaan tertular gigi yang
email sebenarnya memiliki semacam celah yang disebut dengan celah
interprismatis yang terbentuk dari susunan alami dari prisma email.
Gigi yang putih cemerlang adalah
cerminan diri mereka yang modern. Oleh sebab itu mendapatkan gigi yang putih
dan cermerlang adalah sebuah keharusan. Biasanya yang timbul adalah masalah
keamanan bahan pemutih gigi. Untuk dokter gigi sendiri telah mengetahui
bagaimana sebenarnya “aksi” dari bahan kimia pemutih gigi tersebut. Bahan pemutih
gigi terutama yang diaplikasikan dokter gigi di klinik gigi menggunakan bahan hydrogen
peroksida atau turunannya, yaitu karbamid peroksida. Perbedaan yang mendasar
dari kedua bahan ini adalh kosentrasinya, dimana karbamid peroksida hanay
mengandung sepertiga kosentrasinya hydrogen peroksida.
Didalam rongga mulut terdapat
enzim seperti katalase dan peroksidase yang akan mendekomposisi hydrogen peroksida
dengan cepat menjadi komponen yang tidak berbahaya.dengan demikian maka
penggunaan vahan pemutih gigi dapt dikategorikan aman apabila diginakan dengan
benar dan dilakukan oleh dokter gigi yang berkompeten di bidangnya.
Kekhawatiran mengenai efek bahan
pemutih gigi pada kekerasan mikro email juga belum dapat dibutikan. pH kritis
yang dapat menimbulkan efek demineralisasi email adalah 5,5 sedangkan bahan hydrogen
peroksida memiliki pH 6,5-7 sehingga relatif aman dan tidak menimbulkan efek
demineralisasi email. Demikian juga terhadap efek pulpa secara histologist menimbulkan
efek inflamasi ringan namun bersifat reversibel.
Produk dengan kosentrasi tinggi
hanya dapat dilakukan dengan supervisi ketat dari dokter gigi yang telah
mendapatkan pelatihan menyeluruh mengenai prosedur pemutihan gigi. Produk dengan
kosentrasi hydrogen peroksida yang tinggi (35% - 40%) hanya dapat dilakukan di
dalam klinik gigi atau lebih dikenal dengan in
office dental whitening. Produk dengan kosentrasi rendah misalnya karbamid
peroksida 10% dapat digunakan di rumah (at
home bleaching) walaupun tetap dalam supervise dari dokter gigi serta
membutuhkan proses yang c ukup memakan waktu ( 6 bulan – 9 bulan).
Proses pemutihan gigi yang
melibatkan bahan hydrogen peroksida pada intinya adalaah proses degradasi
molekul yang tinggi. Molekul yang tinggi tersebut memantulkan warna dengan
panjang gelombang tertentu yang akan tampak sebagai pewarna pada gigi. Hasilnya
adalh molekul yang relatif lebih rendah sehingga memantulkan warna yan lebih
terang. Perubahan warna baik pada email dan dentin tersebut sebagai hasil dari
lewatnya peroksida melalui struktur email dan gigi, yaitu melewati celah
interprimatis kemuadioan terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
molekul-molekul organic. Reaksi tersebut akan memecah molekul organic menjadi
lebih kecil dan hasilnya akan membuat warna gigi menjadi lebih terang.
sumber : majalah dental & dental ( drg. Dimas Cahya Saputra, Sp.KG)